Blog Ini Adalah Sarana dan Inspirasi Q

Blog Ini Adalah Sarana dan Inspirasi Q
be my self

Rabu, 27 Januari 2010

JANGAN MEMANDANG SESUATU DARI KULIT LUAR SAJA

MEMBUKA PEMIKIRAN
Pendidikan adalah busur dan anak panahnya adalah wawasan. Ketika keduanya seimbang maka sekali bidik , sasaran tepat didapat.

Curiosity ( rasa ingin tahu ) merupakan salah satu sifat manusia yang mendasari kemampuannya untuk belajar. Sebagai follow up dari pengembangan kemampuan belajar adalah melalui pelatihan-pelatihan. Keterampilan hidup dilatihkan secara formal melalui proses pendidikan sekolah, kurikulum ataupun clup-clup tertentu. Sedangkan skill life yang terjadi tanpa disadari , mengalir begitu saj tanpa rentangan keseharian hidup manusia di dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sekitar. Pelatihan melalui pendidikan formal ataupun non formal dalam keluarga misalnya: memang diharapkan setiap insane memperoleh wawasan dari pendidikannya. Wawasan merupakan segala sesuatu yang mampu di serap oleh panca indera. Selain itu wawasan adalah deretan data acak diotak yang harus diolah. Setelah melalui proses berfikir saling menghubungkan, dan berbagai pertimbangan maka otak manusia mengalami pertimbangan ratio.Dari perkembangan ratio inilah muncul gagasan dan pemikiran kritis lalu mulailah pencarian informasiberkaitan dengan pemikiran barunya. Disinilah proses daya cipta dan kreativitas berjalan dan mengalir terus.

Dalam tahap perwujudan daya cipta berbagai masalah tantangan mulai bermunculan. Maka menjadi amat penting memberikan putusan-putusan tertentu dari setiap masalah. Tanpa ada pembatasan, daya cipta tidak lagi konsisten.

“Hidup di Indonesia sangat berbeda dibandingkan di Amerika Serikat , meskipun dari sumberdaya alam kita tak kalah. Kalau di sana jadi pencipta lagu saja sudah cukup untuk hidup.royalty mengalir terus. Di Indonesia? Boro-boro royalty. Lagu-lagu kami di bajak dan hasil bajakannya dijual bebas.karena itu berkesimpulan bahwa untuk bias hidup di Indonesia harus punya banyak kebiasaan.”kata jebolan Fakultas seni rupa IKJ.(kompas, 15 juni 2006)

Meskipun namanya sekolah alternative yang jelas-jelas berbeda dari kurikulum sekolah umum, tetapi ide dasar Dik Doank rupanya ingin mendongkrak barbagai potensi peserta didikannya. Batasan-batasan disana pasti ada meskipun memiliki kebebasan, dan iklim demokratis lebih terasa dibandingkan sekolah umum. Batasan-batasan tersebut di muat bukan untuk mengunci ke bebasan anak-anak tatapi justru menjaga karakterdan konsistensi sekolah yang di kelolanya. Tanpa pembatasan pendidikan menjadi tanpa arah.

Sebenarnya dalam pendidikan yng melembaga diharapkan bisa mengubah kepribadian seseorang kearah yang lebih maju bahkan sebagai agent of change menuju kepada tatanan hidup yang lebih baik.

Dalam beberapa kasus, banyak orang yang dianugrahi intelegensi ( IQ ) tinggi., namun menemui ke gagalan hidup. Masih beruntuk kalau bias bangkit lagi, namun kalau terus terpuruk dalam keputus asaan maka sia-sialah IQ tingginya.mungkin orang tersebut di sekolah selalu menjadi siswa yang school smart ( pandai ) akademisnya, tetapi kurang dari street smart ( pintar secara akal sehat ). Gelar akademisnya disandangnya, selalu the bes dalam nilai. Ketika terjun di sekolah kehidupan yang sesungguhnya dia tidak bias menerima kegagalan ia tidak pernah di berikan wawasan menerima kegagalan, yang ia terima hanyalah tuntutan kan keberhasilan, sukses dan menang. Orang tua sebagai kaum dewasa tak pernah mengenalkan arti gagal dan kalah. Akibatnya seorang anak kurang bisa menanggung beban ke gagalan dan kesalahan. Kemampuan beradaptasi terhadap kegagalan belum terasa. Di sinilah pentingnya wawasan entah dari pengalamannya sendiri, pengalaman orang lain , pengertian dan keyakinan yang di tanamkan oleh orang tua , bacaan, ceramah, dll. Kaum muda perlu memahami bahwa kegagalan dan kekalahanharus di alami sebelum mencapai keberhasilan.wawasan-wawasan dan keberhasilan itu di olah sebagai bagian dari hidupnya.

Wawasan menjadi amat penting bagi kaum muda untuk mengembangkan ratio/ kemampuan berfikir kritis, wawasan yang di berikan melalui lembaga pendidikan menjadi sangat penting. Ketika mempu mengkritisi masalah hidupnya, seseorang akan mampu mengembangkan di rinya dalam hal penyesuaian diri terhadap masalah, pengendalian diri dan ketahan \an diri menanggung masalah. Banyak orang mampu menanggung masa-masa sulit dalam hidupnya kemudian menemukan sebuah energi baru untuk mengembangkan dirinya.

Menggali wawasan tidak terbatas di dalam ruang kelas.di rumah, di jalan di tempat seminar, acara pesta, dan orang lain adalah sumber inspirasi. Maka setiap manusia adalah sumber wawasan ataupun sumber data ke hidupan bagi diri sendiri dan orang lain. Pendidikan yang baik idealnya memberikan berbagai wawasan hidup. Wawasan akademis, wawasan pengalaman, wawasan sosial melalui metode interaksi kelompok dan wawasan spritual yang memampukan manusia untuk menemukan kejernihan pikiran.

Pendidikan dan wawasan spritual tidak terbatas hanya pada pemberian dogma-dogma agama tetapi lebih kepada kemampuan merefleksikan pengalamannya untuk menemukan jiwa yang bebas tanpa tekanan pihak lain ataupun terbelenggu oleh aturan militan negatif yang menjermuskan jiwanya sendiri. Dengan kata lain pendidikan dan wawasan spritual menjadi kunci akhir untuk membuka pintu kesadaran manusia tentang bagaimana harus hidup secara benar dan bermakna.

Pendidikan yang benar adalah yang membebaskan orang lain dari berbagai tekanan. Bukan membelenggu dan melumpuhkan kesadaran seseorang. Pendidikan yang benar bukan Aku sebagai pusatnya.Semua orang bisa memikirkan sang Aku, semua hal harus terpusat pada sang Aku, bukan itu yang diharapkan. Namun sang Aku harus bisa keluar dari lingkaran masalahnya sendiri guna menemukan kebebasan jiwanya agar sang jiwa mampu hinggap ke jiwa-jiwa yang lain untuk menjadi saluran berkat bagi banyak jiwa. Itulah hakekat pendidikan.

Pemikiran Pria Dan Wanita
Membaca nama depan seseorang pikiran kita langsung tertuju pada perbedaan Gender. Jenis kelamin di definisikan sebagai istlah biologis berdasarkan perbedaan anatomi dan penampilan fisik. Gender merujuk kepada sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuuk peran, tingkah laku, kecenderungan maskulinitas atau feminitas serta attribut lain sesuai dengan budaya setempat. Dengan demikian ada ada perbedaan besar cara pandang kita memperlakukan mereka.

Usia 2 tahun seorang anak mulai menyadari kalau dirinya sama dengan ayah atau ibunya. Seiring dengan perkembangan usianya , seorang anak semakin mempekuat gendernya melalui mainan yang di sukainya, atau film kartun yang dilihatnya. Usia 7 tahun, menampakkan minat dan karakter tertentu melalui berbagai cara, misalnya film kartun yang dilihatnya, perilaku dan keinginannya. Anak perempuan misalnya, akan lebih menyukai film kartun Dora in the explorer, Barbie, dan karakter perempuan lainnya. Sedangkan anak laki-laki lebih menyukai film kartun Cannon sang detektif, Harry potter dan karakter laki-laki lain.

Usia remaja menjadi moment penting pertumbuhan pribadi dan karakter Gendernya. Seorang anak harus memiliki ruang expresi dirinya. Kebutuhan expresi diri membutuhkan pengakuan dari orang lain, maka menjadi kebutuhan yang mendesak bagi kaum remaj turut berproses kedalam kelompok sebayanya.masuk kedalam sebaya memang menjadi ajang untuk memperkuat karakter Gendernya, semakin mengasah minatnya semakin menyadari sepenuhnya peran dan bidang yang di pilihnya.

Peran Gender semakin tampak ketika kaum muda akan memilih bidang yang diminatinya, mungkin jenis olahraga, hobby serta pada fakultas yang dipilihnya. Maka bidang yang sifatnya feminin seperti pendidikan, kebidanan, kecantikan menjadi bidang yang lebih banyak di pilih wanita. Bidang yang di kaitkan dengan aspek maskulinitas seperti sains dan teknologi, penelitian, explorasi, dan petalangan menjadi pilihan lebih banyak laki-laki. Pekerjaan maskulin dikaitkan dengan pekerjaan yang aktif, cepat, tangguh,dingin dan kompetitif. Sedangkan pekerjaan feminin biasanya dikaitkan dengan realitanya, masyarakat umumnya menyikapi seorang pekerja wanita tidaklah sama di bandingkan bagaimana mereka menyikapi seorang pekerja laki-laki.

Banyak orang tua yang memang memperlakukan anak perempuannya berbeda dengan anak laki-lakinya. Anak perempuan lebih merindukan belaian lembut, sapaan halus orang tuanya. Anak laki-laki lebih suka kalau orang orang tuanya memberi kepercayaan kepadanya. Tak bisa di pungkiri anak perempuan lebih memiliki kekayaan perasaan di bandingkan laki-laki, mereka lebih banyak mengalami ataupun memperoleh perasaan empati. Umumnya perempuan mengakui secara sepenuhnya bahwa mereka memiliki posisi di bawah laki-laki. Entah gaji, karier,pekerjaan, kecekatan dan kecepatan bertindaknya meskipun jika diadakan tes kecerdasan mereka memiliki skor yang signifikan dengan laki-laki. Anak-anak memandang bahwa ayah lebih pandai dari ibu, kakek lebih pandai dari nenek, kakak laki-laki lebih pandai dari kakak perempuan. Laki-laki memiliki standar dan harapan yang lebih tinggi terhadap kesuksesan pekerjaan yang lebih banyak menekankan pada besarnya penghasilan di banding dengan perempuan.

Meskipun semakin banyak wanita yang memasuki bidang pekerjaan sains dan teknologi tetapi dalam perjalanan proses kariernya, laki-laki lebih berhasil mewujudkan harapannya di bidang pekerjaan. Sebab dalam kenyataan perempuan berharap memiliki waktu lebih diluar pekerjaan, misalnya menghabiskan waktu bersama anak-anak dan membenahi rumah. Hal ini cenderung menurunkanh\ harapan mereka akan peningkatan karier yang lebih tinggi.

Ada sejarah panjang mengapa pria diasumsikan lebih superior di bandingkan wanita.tetapi menjadi berbahaya ketika lingkungan memberi tekanan amat kuat pada peran karakter maskulin terhadap anak laki-laki ataupun peran feminin yang amat kuat pada anak perempuannya. penekanan yang amat kuat pada peran karakter tersebut akan memunculkan hiperimaskulinitas dengan gejala berbagai aggresi dan kekerasan fisik ataupun mental, misalnya memukul anak, menyakiti, menganiaya sampai kepada hukuman fisik. Penekanan sangat kuat pada karakter feminitas akan memunculkan hiperfeminniity. Untuk menutupi rasa ketidak berdayaan terhadap kaum laki-laki, wanita ada yang beranggapan panggunaan daya tarik fisik dan hubungan sexual menjadi cara untuk menaklukkan laki-laki. Di sinilah bahaya hiperfemininiti.

Pria yang extrim maskulin bertingkah laku kasar dan agresif di bandingkan dengan pria yang moderat. Begitupun wanita yang secara ekstrim feminin merasa tidak berdaya di hadapan banyak orang , sehingga menggunakan kelebihan fisiknya menarik tperhatian laki-laki. Peran gender inipun sering di perkuat dengan dongeng di kala sebelum tidur.

Memang kebanggaan keluarganya jika seorang wanita mampu berbagi rasa dengan anak-anak dan pasangannya. Mereka memperjuangkan aspek kemurahan hati. Kerjasama dari pada kompetisi dan ke egoisan. Wanita merasa bertanggung jawab secara emos terhadap keluarganya. Laki-laki merasa bertanggung jawab secara finansial terhadap kelangsungan keluarganya.

Tetapi menjadi suatu pemborosan kalau wanita memiliki ke khawatiran yang berlebihan terhadap penampilannya. Semua daya entah itu uang, tenaga dan waktu seolah-olah terfokus pada perbaikan penampilannya . sebabkerangka berfikir wanita “ memiliki penampilan biasa-biasa saja berarti tidak cukup memuaskan. Sedangkan laki-laki menganggap penampilan biasa-biasa saja berarti cukup menarik bagi wanita .” sejak saat remaja, wanita memiliki kepedulian lebih besar terhadap citra diri di bandingkan dengan pria. Sebenarnya hanya dengan penampilan tidaklah cukup memberikan informasi tentang siapa dia sebenarnya. Sering apa yang di pikirkan wanita terhadap penampilannya, itu tidak menjadi pemikiran ataupun perhatian pria secara detail. Secara keseluruhan kecantikan hanyalah sebatas kulit luar. Ketika seseorang nampak menyenangkan penampilannya, hal itu bukan petunjuk yang lebih baik bahwa orang tersebut benar-benar menyenangkan.

Tidak ada komentar: