Blog Ini Adalah Sarana dan Inspirasi Q

Blog Ini Adalah Sarana dan Inspirasi Q
be my self

Jumat, 05 Desember 2008

DILEMA HATI..

Tidak ada riak yang berarti diwajah itu, seolah apa yang ia dengar seraya angin lalu.sebuah senyuman menghias bibirnya. itu yang membuat sahat merasa bersalah.ia meremas tisu yang diremasnya hingga menjadi serpihan.namun belum juga ia mendengar suara astuti.cowok itu masih menatap astuti dengan senyum.
"Ti, ngomong dong!" sahat memelas.
"kamu mau aku ngomong apa?" tanya Astuti lembut seperti biasa.
sahat menarik nafas berat, "ngomong apa aja, kamu bisa marah, bisa maki aku sepuas hati kamu!!" Sahat menghentakkan kakinya dengan gemas.
Astuti tertawa, berusaha mengacak rambut Sahat. Dia memandang dengan galak.
"Ssst! jangan giutu, ah~!!jelek."
"biarin, " kata sahat ngambek.
"Oke! Sekarang dengar yah, kami yakin sedang jatuh cinta? Hmm, maksud aku bukan sekedar cinta lokasi?"
Sahat heran, ia mencoba mencari kejujuran di mata Astuti. disana ia melihat kejujuran dan ketulusan yang sarat. rasa bersalah kian menjalari hati irene. Alangkah jahatnya ia menyakiti hati cewek sebaik Astuti. Tapi bayangan Cerpin menari-nari menarik hatinya.
Seandainya saja Astuti mempunyai kegiatan yang sama dengannya, tapi inilah kenyataan,dalam seminggu hanya 1 hari waktu yang tersisa buat mereka. selebihnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. sementara Cerpin? dia selalu punya kesempatan lebih,kedekatan tempat tinggal dengan Cerpin selalu membuat mereka mempunyai banyak kesempatan. bahkan satu gereja..dan kegiatan yang selalu sama. membuat benih-benih itu hadir diantara mereka.
Dan bila sekarang ada getar-getar anehdihati Sahat, siapa yang harus disalahkan. Mulanya Sahat ingin menyimpan rahasia ini rapat-rapat di hatinya. tapi rasa bersalah itu selalu mengusiknya. ia tak sanggup lagi menahan rasa bersalahnya pada Astuti. Astuti pasti sangat kecewa pabila tau bahwa cintanya dihianati.
Pilihan terbaik buat Sahat adalah jujur, mengakui kalau hatinya ada nama lain.
"kok, jadi melamun?" Astuti melambaikan tangannya dimuka Sahat. sahat bingung dan kaget, pipinya langsung merah seperti cabai.
"Sahat!! panggil Astuti. kali ini wajahnya tampak serius.
"kamu yakin mencintainya?"
Duh...rasanya sahat ingin menggeleng kuat-kuat, agar Astuti tidak terluka hatinya. tapi sahat menyadari anggukan yang lemah. ia tertunduk dalam, ia tidak ingin melihat guratan duka yang di torehnya dihati ubung.
"kalau begitu, baiklah..."
Ada perasaan takut yang tiba-tiba menghimpit perasaan Sahat. ia takut kehilangan ubung. kehilangan hari-hari manis yang selama ini dimiliki bersama Astuti. ia mulai sedih.
"please....jangan pergi.Ti. jangan tinggalin Sahat. "lirih irene tak kuasa menahan butir-butir bening yang dari tadi menggenang dipelupuk matanya.
"Ssst...ngak ada yang bakalan pergi, semua akan tetap seperti dulu," ujar Astuti sambil meraih dagu Sahat.
"maksud kamu?"
Kamu...kamu ngak marah? kamu ngak sakit hati?" tanya Sahat. Sakit hati? tentu, tapi aku berusaha ngertiin kamu. dan satu hal, aku sangat menghargai kejujuran kamu ini."
"terus bagaimana dengan kamu?" kejar saha tak sabar.
"kebetlan dalam tiga bulan ini aku sibuk mempersiapkan diri ikut lomba kesenian antar universitas. liburan ini aku akan hunting kedaerah-daerah. aku usahakan untuk nelpon kamu, bagaimana?"
Sahat sungguh tidak percaya tapi memang inilah yang didengarnya. Astuti tidak memutuskan untuk tidak meninggalkannya.Sahat langsung memeluk Astuti. ia memejamkan mata,merasakan kecupan balasan di dahinya.

xxxxx

" gila kamu, Hat."
Tidak percaya, itu yang tergambar jelas di wajah Robi sahabatku. Sahat tau semua orang akan mengatakannya keterlaluan, tidak berperasaan atau apalah, mendengar ceritanya.
" jangan memojokkan gitu dong."
" kamu mustinya bersyukur mendapatkan cewek sebaik Astuti. selama kalian pacaran kamu pernah melihat dia pacaran sama cowok lain ngak? Astuti mencintai kamu apa adanya, tapi kamu malah menghianatinya. memang apa sih yang kamu sukai dari Kris?" tanya Robi sebel.
Sahat menarik nafas panjang, ia sadar ini bukan waktu yang tepat berdebat dengan Robi.
" sekarang fini saja deh! menerima Cerpin selagi hubunganmu dengan Astuti belum putus itu tidak baik, lagi pula agama juga melarang." tambah Robi.
" Stop! Stop! kok malah ngelantur gini. siapa juga yang mau punya istri dua?
" punya pacar dua itu udah menjurus kapada poligami, " ujarnya ngak mau kalah.
" udah ah , ngak usah dilanjutin. itu cerpin udah datang!" unjuk Sahat kearah sedan merah yang melaju kearahnya.
" aku pergi dulu yah?" pamitku lalu berlalu meninggalkan Robi yang lagi termangu.
" kamu kok pake jins sih? tanya cerpin begitu Sahat duduk disampingnya.
" lho, emangnya kenapa?" Sahat balik bertanya.
" kenapa? kamu ngak liat selama ini aku selalu berpakaian rapi." lama Sahat tertegun sahat tertegun. ya ia tabu. cerpin sangat rapi dan menjaga penampilannya. tapi aa cara berpakaian seperti itu mutlak dan harus buat Cerpin.
" Hmm, maaf aku bukan bermaksud mendikte cara berpakaian kamu tapi kamu akan lebih macho jika memakai pakaian yang rapi. aku ngak asal memuji lho!! kata Cerpin.
Sesaat Sahat memandang Wajah di sampingnya. cantik,anggun, elegan hati setiap cowo yang melihat. tak sadar Sahat membandingkan dengan Astuti. Astuti yang cuek.
Bila keduanya harus dibandingkan, memang berat bumi dan langit. tapi kenapa harus dibandingkan? bukankah sejak semula Sahat sudah menyadari hal itu.
" apa yang kamu pikirkan?" usik Cerpin
" Eh...ngak ada. kita mau kemana nih?" tanyaku.
" kamu laparkan? kita cari makan di tirtayasa mau?"tawarnya.
" tapi inikan masih sore, pasti belum banyak yang buka."
" yah, kita muter-muter dulu sambil menunggu."

xxxxx

Waktu tiga bulan yang dijanjikan Astuti tinggal seminggu lagi. tapi selama itu Astuti hanya menelepon tiga kali. ada kerinduan dihati Sahat, ada kepedihan yang menjalar, ada ketakutan, ada prasangka kalau Astuti akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya. tidak seharusnya hal ini terjadi, membiarkan getar-getar itu muncul di hatinya yang akhirnya menyakiti hati kedua cewek itu.
akhirnya hati sahat memilih antara Astuti dengan Cerpin, bahwa dia kan memilih cerpin.tiga bulan telah berlalu. Astuti mengajak Sahat untuk bertemu.
" bagaimana kabarmu?
" baik."
" bagaimana hubunganmu dengan cerpin?"
" sebelumnya aku minta maaf,lebih baik kita putus saja."
" serasa ptir menyambar Astuti, mendengar ucapan Sahat".
" lalu sahat melanjutkan. bahwa Cerpinlah yang lebih pantas untuknya.
dengan berat hati, dan sangat kecewa Astuti pun berlalu, dan mengucapkan selamat tinggal."

Tidak ada komentar: